Tes Nilai Komponen dan Pengukuran Tegangan Elektronika - bag. 1

( Tes Nilai Komponen dan Pengukuran Tegangan Elektronika - bag. 1 )

A. Tes Nilai Komponen

Menggunakan Multimeter

Sebuah multitester atau multimeter, juga dikenal sebagai VOM (Volt-Ohm Meter), adalah suatu alat ukur elektronik yang menggabungkan beberapa fungsi pengukuran dalam satu unit.

Sebuah multimeter umumnya akan mencakup fitur dasar seperti kemampuan untuk mengukur suatu tegangan, arus, dan resistansi. Multimeter analog memakai microammeter yang pointer bergerak untuk semua pengukuran yang berbeda. Multimeter digital (DMM, DVOM) menampilkan nilai diukur dalam angka, dan juga bisa menampilkan bar panjang sebanding dengan kuantitas yang diukur.

Multimeter digital sekarang ini jauh lebih banyak dipakai dari pada multimeter analog, meski begitu multimeter analog masih lebih baik dalam beberapa kasus pengukuran, misalkan pada saat memantau rapidly-varying value.

Sebuah multimeter bisa dipakai untuk memecahkan masalah listrik diberagam perangkat industri dan rumah tangga seperti peralatan elektronik, kontrol monorik, peralatan rumah tangga, pasokan listrik, dan sistem kabel.

Sehubungan dengan tuntutan akan keakurasian nilai pengukuran dan kemudahan pemakaianya serta harganya semakin terjangkau. Digital Multimeter (DMM) menjadi lebih populer dan banyak dipakai oleh para Teknisi Elektronika.

Beberapa kemampuan pengukuran pada multimeter yang banyak terdapat dipasaran antara lain:

Pengukuran Tegangan (Voltage) AC dan DC satuan pengukuran Volt
Pengukuran Arus Listrik (Current) satuan pengukuran Ampere
Pengukuran Resistansi (Resistor) satuan pengukuran Ohm
Pengukuran Kapasitansi (Kapasitor) satuan pengukuran Farad
Pengukuran Frekuensi satuan pengukuran Hertz
Pengukuran Induktansi (Induktor) satuan pengukuran Henry
Pengukuran Dioda dan Transistor

Multimeter Analog


Sebuah multimeter analog bekerja dengan gerakan meter galvanometer, atau dengan bargraph atau vacuum fluorescent display atau penunjuk simulasi seperti .

Multimeter Analog mempunyai presisi dan akurasi keterbatasan membaca yang dijelaskan sebelumnya, dan begitu juga tidak dibangun untuk memberikan akurasi yang sama sebagai instrumen digital.

Multimeter Digital


Multimeter Digital atau bisa disebut multimeter modern adalah multimeter yang mempunyai akurasi tinggi, daya tahan dan fitur tambahan.

Dalam multimeter digital sinyal yang diuji dikonvensi menjadi tegangan dan amplifier dengan gain dikontrol secara elektronik. Juga multimeter digital menampilkan hasil ukur sebagai angka, yang juga menghilangkan kesalahan paralaks.

Cara Menggunakan Multimeter Analog

Multimeter digunakan untuk mengukur arus AC/DC

Untuk mengukur arus DC dari sebuah sumber arus DC, skala pemilih pada multimeter diputar ke posisi DC mA dengan batas ukur 500 mA. Kemudian test lead multimeter dihubungkan secara seri pada rangkaian sumber DC, perhatikan Gambar dibawah ini.


Ketelitian adalah modal utama karena bisa jadi malah merusak multimeter/multitester bila kita tidak teliti. Hal yang harus diperhatikan adalah letak dari arah sakelar putar, bila mengukur AC harus ke arah AC begitupun DC, Dan cara pengukuranya harus dari batas ukur yang lebih besar bila belum dibatas maksimal batas ukur dibawahnya, maka batas ukur boleh diturunkan ke yang lebih rendah.

Multimeter digunakan untuk mengukur tegangan AC

Untuk mengukur tegangan AC dari sebuah sumber listrik elektrik AC, sakelar pemilih multimeter diputar pada kedudukan ACV dengan batas ukur yang paling besar misalnya 10000 V. Kemudian test lead multimeter dihubungkan pada kedua kutub sumber elektrik AC tanpa memandang kutub negatif atau positif. Selanjutnya caranya sama dengan mengukur tegangan DC diatas.

Multimeter digunakan untuk mengukur tegangan DC

Untuk mengukur tegangan DC ( misal baterai atau power supply DC), sakelar pemilih multimeter ditetapkan pada kedudukan DCV dengan had ukur yang lebih besar dari voltanyang akan diukur.

Test lead merah pada kutub (+) multimeter dihubungkan kekutub positif sumber voltan DC yang akan diukur, dan test lead hitam pada kutub (-) multimeter dihubungkan ke kutub negatif (-) dari sumber tegangan yang akan diukur.

Hubungan semacam ini disebut hubungan paralel. Untuk menfhasilkan ketelitian yang paling tinggi atau akurat, usahakan jarum penunjuk meter berada pada kedudukan paling maksimum, Dengan cara memperkecil batas ukurnya secara bertahap mulai dari 1000 V ke 500 V; 250 V dan seterusnya.

Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bila jarum sudah didapatkan kedudukan maksimal jangan sampai batas ukurnya diperkecil lagi, karena bisa merusak multimeter.

Multimeter digunakan untuk mengukur Resistansi Resistor

Untuk mengukur resistansi sebuah resistor, posisi sakelar pemilih multimeter diatur pada kedudukan dengan batas ukur x1. Test lead hitam dan Test lead merah saling dihubungkan dengan tangan kiri, kemudian tangan kanan mengatur tombol pengatur kedudukan jarum pada posisi nol pada skala.

Bila jarum penunjuk meter tidak bisa diatur pada posisi nol, berarti baterainya sudah lemah dan harus ganti dengan baterai yang baru. Langkah selanjutnya kedua ujung test lead dihubungkan pada ujung-ujung resistor yang akan diukur rintanganya.

Cara membaca penunjuk jarum meter sedemikian rupa sehingga mata kita tegak lurus dengan jarum meter dan tidak terlihat garis bayangan jarum meter. Supaya ketelitian tinggi atau akurat kedudukan jarum penunjuk meter berada pada bagian tengah persis daerah resistansi.

Bila jarum penunjuk berada pada bagian kiri (mendekati maksimum), maka batas ukurnya diubah dengan memutar skala pemilih pada posisi x10. Kemudian dilakukan lagi pengaturan jarum penunjuk meter pada kedudukan nol, selanjutnya dilakukan lagi pengukuran terhadap resistor tersebut dan hasil pengukuranya adalah penunjukan jarum meter dikalikan 10.

Jika dengan batas ukur x10 jarum penunjuk meter masih berada di bagian kiri daerah resistansi. Maka batas ukurnya diubah lagi menjadi K dan dilakukan proses yang sama seperti waktu mengganti batas ukur x10 tadi. Pembacaan hasilnya pada skala K, yaitu angka penunjuk jarum meter dikalikan dengan 1K.


Adapun cara pemakaian multimeter adalah pertama-tama jarum penunjuk meter di cek apakah sudah tepat pada angka 0 pada skala DCmA, DCV atau ACV. Dan posisi jarum nol di bagian kiri (perhatikan gambar a), dan untuk skala ohm meter posisi jarum nol dibagian kanan (lihat gambar b).

Apabila belum tepat harus diatur dengan memutar sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk meter ke kiri atau ke kanan dengan memakai obeng pipih (-) kecil.


Dari gambar multimeter diatas dapat dijelaskan bagian-bagian dan fungsinya sebagai berikut:

1. Sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk dengan cara memutar sekrupnya ke kanan atau ke kiri dengan memakai obeng pipih kecil.

2. Tombol pengatur jarum penunjuk pada kedudukan zero (Zero Ohm Adjust Knob), berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi nol. Dengan Cara : Sakelar pemilih diputar pada posisi (Ohm), test lead + (merah) dihubungkan ke test lead – (hitam), Lalu tombol setting kedudukan 0 diputar ke kiri atau ke kanan sampai menunjuk pada kedudukan 0.

3. Sakelar pemilih (Range Selector Switch), berfungsi untuk memilih posisi pengukuran dan batas ukuranya. Multimeter umumnya terdiri dari empat posisi pengukuran, yaitu :

a. Posisi (Ohm) berarti multimeter berfungsi sebagai Ohm meter, yang terdiri dari tiga batas ukur: x1; x10; dan K.

b. Posisi ACV (Volt AC) berarti multimeter berfungsi sebagai Voltmeter AC yang terdiri dari lima batas ukur: 10; 50; 250; 500; dan 1000.

c. Posisi DCV (Volt DC) berarti multimeter berfungsi sebagai Voltmeter DC yang terdiri dari lima batas ukur: 10; 50; 250; 500; dan 1000.

d. Posisi DCmA (miliampere DC) berarti multimeter berfungsi sebagai mili amperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur: 0.25; 25; dan 500.

Tetapi ke empat batas ukur diatas untuk tipe multimeter yang satu dengan yang lain batas ukurnya belum sama.

4. Lubang kutub + (V A Terminal), berfungsi sebagai tempat masuknya test lead kutub + yang berwarna merah.

5. Lubang kutub - (Common Terminal), berfungsi sebagai tempat masuknya test lead kutub - yang berwarna hitam.

6. Sakelar pemilih polaritas (Polarity Selector Switch), berfungsi untuk memilih polaritas DC atau AC.

7. Kotak meter (Meter Cover), berfungsi sebagai tempat komponen-komponen multimeter.

8. Jarum penunjuk meter (Knife-edge Pointer), berfungsi sebagai penunjuk besaran yang diukur.

9. Skala (Scale), berfungsi sebagai skala pembacaan meter.

Cara menggunakan Multimeter Digital

Setelah mempelajari multimeter analog maka pada bagian ini saya tidak akan menjelaskan lagi cara menggunakan multimeter digital. Karena kedua multimeter tersebut hampir sama. Perbedaan mendasar pada cara menampilkan hasil informasi. Analog memakai jarum, sedangkan digital memakai angka untuk menampilalkan informasi hasil pengukuran.

Mengukur Nilai Resistor

Dalam dunia elektronik, memahami nilai pada Resistor merupakan pelajaran dasar yang wajib dipelajari. Bukan hanya sekedar membaca, tapi kecepatan membaca juga mesti dikuasai. Ada berbagai macam metode yang bisa dilakukan. Tapi sebelumnya mari kita bahas terlebih dahulu sistem penulisan nilai Resistor.

Ada dua cara penulisan nilai resistor:

1. Sistem kode warna.
2. Sistem kode angka.

Sistem Kode Warna

Sistem kode warna resistor berupa pita-pita warna yang mengelilingi badan Resistor. Kode warna pada Resistor ini pertama kali dikembangkan oleh kelompok pabrik-pabrik radio Eropa dan Amerika RMA (Radio Manufacturers Association) yang berdiri pada awal tahun 1920-an.

Pada tahun 1957, kelompok ini berubah nama menjadi Electronic Industries Alliance (EIA) dan membuat kode tersebut sebagai standar EIA-RS-279.

Sistem kode warna ada 3, yaitu:

1. Sistem kode warna 4 pita.
2. Sistem kode warna 5 pita.
3. Sistem kode warna 6 pita.

Sistem kode warna 4 pita


Pita ke-1 dan pita ke-2 adalah dua angka nilai resistansi.
Pita ke-3 adalah Per-kalian Desimal (jumlah nol di belakang angkan ke-2)
Pita ke-4 Nilai Toleransi.

Tabel Kode Warna Resistor 4 Pita

Contoh 1 :

Pita ke 1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Perak, Pita ke-4 = Emas, Nilainya yaitu 0.56 Ω, memiliki toleransi 5%.

Contoh 2 :
Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Emas, Pita ke-4 =Emas. Nilainya yaitu 5.6 Ω, memiliki toleransi 5%.

Contoh 3 :
Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Hitam, Pita ke-4 =Emas. Nilainya yaitu 56 Ω, memiliki toleransi 5%.

Sistem Kode Warna 5 Pita


Pita ke-1, Pita ke-2 dan Pita ke-3 adalah tiga angka nilai resistansi.

Pita ke-4 adalah Per-kalian Desimal (jumlah nol dibelakang angka ke-3).

Pita ke-5 Nilai Toleransi.

Tabel Kode Warna 5 Pita


Contoh 1 :
Pita ke-1 Hijau, Pita ke-2 = Hitam, Pita ke-3 = Hitam, Pita ke-4 = Perak. Pita ke-5 = Coklat. Nilainya adalah 5 Ω, dengan toleransi 1%.

Contoh 2 :
Pita ke-1 Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Merah, Pita ke-4 = Emas. Pita ke-5 = Coklat. Nilainya adalah 56.2 Ω, dengan toleransi 1%.

Contoh 3 :
Pita ke-1 Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Merah, Pita ke-4 = Hitam. Pita ke-5 = Coklat. Nilainya adalah 562 Ω, dengan toleransi 1%.

Sistem Kode Angka

Sistem kode angka dipakai pada Resistor SMD (Surface-mount Device), Resistor SMD yang ukuranya sangat kecil.


Untuk cara membacanya perhatikan gambar dibawah ini:


Resistor SMD dengan toleransi standar atau toleransi yang cukup longgar ( 5% misalnya ) memakai kode angka 3 digit. Dua angka pertama ialah nilai resistansi Resistor, sedangkan angka ketiga adalah pengkali ( jumlah nol ).

Contoh :
102 = 10 x 100 Ω = 1.000 Ω (1 kilo Ω) atau 10 ditambah dua nol dibelakangnya.

222 = 22 x 100 Ω = 2.200 Ω (2.2 kilo Ω) atau 22 ditambah dua nol dibelakangnya.

103 = 10 x 1000 Ω = 10.000 Ω (10 kilo Ω) atau 10 ditambah tiga nol dibelakangnya.

223 = 22 x 1000 Ω = 22.000 Ω (22 kilo Ω) atau 22 ditambah tiga nol dibelakangnya.

Untuk Resistor SMD yang nilai hambatanya dibawah 100 Ω dirulis 820, 680, 5600 dan seterusnya.

Contoh :

100 = 10 x 1 = 10 Ω.
560 = 56 x 1 = 56 Ω.
820 = 82 x 1 = 82 Ω.

Beberapa produsen ada juga yang menulis langsung nilai resistansi Resistor SMD tanpa memakai kode, misalnya 10, 56, 82. Katanya sih, untuk mencegah kebingungan. Selanjutnya, untuk Resistor SMD dengan nilai resistansi di bawah 10 Ω, memakai R untuk menunjukkan titik desimalnya.

Contoh :

1R5 = 1,5 Ω.
0R5 = 0,5 Ω.
0R05 = 0,05 Ω.

Resistor persisi yang memiliki nilai toleransi ketat, memakai Kode empat digit. Tiga kode pertama adalah nilai resistansi, dan kode ke-empat adalah peng-kali atau jumlah nol.

Contoh :

2001 = 200 x 10 : 2000 Ω (2 Kilo Ω ).
4701 = 470 x 10 : 4700 Ω (4.7 Kilo Ω ).
1200 = 120 x 1 : 120 Ω.

Adapun Resistor SMD yang ditandai dengan kode 0.000 atau 0000 adalah Resistor dengan nilai resistansi 0Ω. Karena tidak mempunyai nilai resistansi, maka Resistor seperti ini sering dipakai sebagai jumper. Tujuanya agar lebih mudah dipasang pada PCB dengan memakai mesin solder SMD.

Mengukur Nilai Resistansi Dengan Multimeter

Untuk mengukur resistansi atau hambatan suatu resistor, posisi sakelar pemilih multimeter diatur pada kedudukan dengan batas ukur x1.

Test lead hitam dan Test lead merah saling dihubungkan memakai tangan kiri, lalu tangan kanan mengatur tombol pengatur kedudukan jarum pada posisi nol di skala. Apabila jarum penunjuk meter tidak bisa diatur pada posisi nol, kemungkinan baterainya sudah lemah dan harus diganti dengan baterai yang baru.

Langkah selanjutnya kedua ujung test lead dihubungkan pada ujung-ujung resistor yang akan diukur hambatan atau resistansinya. Cara membaca penunjukan jarum meter seperti itu sehingga mata kita tegak lurus tepat dengan jarum meter dan tidak terlihat garis bayangan jarum meter.

Supaya keterlitian tinggi kedudukan jarum penunjuk meter berada pada bagian tengah daerah resistansi. Bila jarum penunjuk berada pada bagian kiri (mendekati maksimum), maka batas batas ukurnya diubah dengan memutar skalar pemilih pada posisi x10.

Selanjutnya dilakukan lagi pengaturan jarum penunjuk meter pada kedudukan nol, lalu dilakukan lagi pengukuran terhadap resistor tersebut dan hasil pengukuranya adalah penunjuk jarum meter dikalikan 10.

Jika dengan batas ukut x10 jarum penunjuk meter masih berada di bagian kiri daerah resistansi, maka batas ukurnya diubah lagi menjadi K dan dilakukan proses yang sama seperti waktu mengganti batas ukur x10. Pembacaan hasilnya pada skala K, yaitu angka penunjuk jarum meter dikalikan dengan 1K.


Testing Resistor pada Mainboard


Alat Meter membaca 218.6 ohm, pada nilai resistor ini berdasarkan warna yaitu 220 ohm pada toleransi 5% artinya ini masih tergolong baik.

Mengukur Nilai Kondensator (Kapasitor)

Kapasitor (kondensator) berfungsi untuk menyimpan energi listrik dalam bentuk muatan listrik. Kapasitor ini merupakan komponen elektronika pasif. Kapasitor notasinya biasa ditulis dengan huruf C.

Banyaknya muatan pada kapasitor per detik ditentukan dalam satuan Qoulomb (Q), sedangkan kemampuan Kapasitor menyimpan muatan disebut kapasitansi pada kapasitor yang satuanya adalah Farad (F).

Keterangan :
- 1 Farad = 1.000.000 µF baca (mikro Farad)
- 1 µF = 1.000 baca (nano Farad) dan
- 1 nF = 1.000 pF baca (pico Farad).

Kapasitor terdiri dari dua keping konduktor yang dipisahkan oleh bahan penyekat yang biasa disebut bahan dielektrik, fungsi dari zat dielektrik adalah untuk memperbesar kapasitansi.


Ada berbagai macam Jenis-jenis kapasitor dan diantaranya adalah : kapasitor kertas, kapasitor keramik, kapasitor kaca, kapasitor polyister, kapasitor mika, dan kapasitor elektrolit (elco).

Kapasitor juga mempunyai Tegangan kerja (working Voltage) yaitu tegangan maksimum yang diijinkan sehingga kapasitor masih bisa bekerja dengan baik.

Contoh tegangan kerja pada kapasitor, bila pada badan Elco (Capasitor Elektrolit) tertulis dibadanya 220uF/25V, berarti kapasitor ini memiliki kapasitas menyimpan muatan listrik 220uF. Sedangkan tegangan listrik maksimal yang diperbolehkan sampai 25volt, bila dialiri tegangan listrik lebih dari 25volt, maka elco ini akan rusak (meledak).

Kapasitor/Kondensator Non-Polar

Kapasitor Non polar adalah kapasitor yang elektrodanya tidak mempunyai kutup positif maupun negatif artinya bila pemasanganya terbalik maka Kapasitor ini akan tetap bekerja. Contoh Kapasitor Non-polar adalah : Kapasitor variabel (Vacro). Kertas, Mylar, Polyester, Keramik, dsb.


Pada kapasitor, angka yang tertulis dibadanya merupakan nilai kapasitansi kapasitor tersebut. Jika pada badanya tertulis satu / dua angka maka bisa kita langsung baca kapasitasnya dengan satuan pF (pico Farad).



Contoh: Kapasitor keramik diatas tertulis dua angka 68, maka kapasitansi kapasitor tersebut adalah 68 pF.

Sedangkan bila ada 3 angka, maka angka pertama dan kedua adalah nilai nominal, sedangkan angka ketiga adalah faktor peng-kali.


Pada gambar diatas tertulis angka 104 berarti angka pertama dan kedua menunjukkan nilai yaitu 10 dan angka ketiga angka 4 yang berarti faktor peng-kali = 10.000,

Nilai kapasitor keramik tersebut adalah 10 x 10.000 = 1000.0000pF = 100 nF = 0.1 uF,

Berikut tabel peng-kali nilai kapasitor :


Atau lebih mudahnya perhatikan gambar berikut :


Angka pertama dan angka kedua adalah nilai nominal sedangkan angka ketiga banyaknya angka nol. Sehingga nilai kapasitor diatas adalah 10.000 pF = 10 nF = 0,01 uF. Untuk kapasitor polyester nilai kapasitansinya dapat diketahui berdasarkan warna seperti pada resistor.


Contoh : pada sebuah kapasitor pada badanya berwarna Coklat, Hitam Orange.

Maka nilai kapasitansinya (lihat tabel) kondensator tersebut adalah : 103 = 10 x 1000 = 10,000 pF = 10 nF = 0,01 uF.

Seperti komponen lainya, besar kapasitansi nominal kapasitor ada toleransinya. Nilai toleransi Kapasitor ditentukan dengan kode-kode huruf atau angka tertentu.

Dengan tabel dibawah ini pemakai bisa dengan mudah mengetahui toleransi kapasitor yang biasanya tertera menyertai nilai nominal kapasitor. Misalnya bila tertulis 104 X7R, maka kapasitansinya adalah 100nF dengan toleransi 15%. Sekaligus diketahui bahwa suhu kerja yang direkomendasikan adalah antara -55C° sampai +125C.

Tabelnya sebagai berikut :


Dari tabel tersebut kita bisa tahu, karakteristik kapasitor selain memiliki kapasitansi juga tak kalah pentingnya yaitu suhu kerja dan tegangan kerja.

Tegangan kerja adalah teganganya maksimum yang diijinkan sehingga masih bisa bekerja dengan baik. Misalnya : kapasitor 10uF 25V, maka tegangan yang dapat diberikan tidak boleh melebihi 25 volt DC.

Sedangkan suhu kerja yaitu batasan temperatur dimana kapasitor masih dapat bekerja dengan optimal. Misalnya bila pada kapasitor tertulis X7R, maka kapsitor tersebut memiliki suhu kerja yang direkomendasikan antara -55C° sampai +125C°.

Umumnya kapasitor-kapasitor Polar bekerja pada tegangan DC dan kapasitor Non-polar bekerja pada tegangan AC. Biasanya spesifikasi karakteristik ini dicantumkan oleh pabrik pembuat.

Mengukur Kapasitor SMD

Ada beberapa cara untuk mengukur nilai kapasitor SMD. Pertama memakai alat yang dirancang khusus untuk mengukur komponen SMD seperti SMART TWEEZER. Alat ini dapat dipakai langsung untuk memeriksa dan mengukur komponen yang masih tertanam dirangkaian tanpa harus mencopotnya terlebih dahulu.


Cukup dengan menyentuhkan tiap ujung kapasitor dengan alat ini maka hasilnya akan langsung terlihat pada layar kecil.

Menurut pengalaman sendiri cara terbaik dan sangat akurat untuk memeriksa, mengukur atau mencari nilai suatu komponen elektronika, terutama kapasitor adalah dengan cara mencabutnya lebih dahulu dari papan rangkaian atau off board.

Satu lagi untuk mengukur kapasitor adalah bisa dengan kapasitan meter (capacitance meter) digital. Alat ini dipakai ketika kapasitor atau elco dalam posisi off board artinya sudah cabut dari papan rangkaian jadi alat ini tidak bisa dipakai ketika kapasitor masih tertanam dipapan rangkaian/sirkuit. Cara penggunaanya sama hubungkan pada kedua ujung-ujungnya.


Kadang kala mengukur kapasitor dengan satu alat tidaklah cukup menjamin keakuratanya kita perlu mencari perbandingan dengan alat ukur lain Untuk menyakinkan bahwa komponen tidak mengalami masalah hal seperti ini diperlukan karena untuk menyakinkan.

Jadi pada saat kita mengukur satu komponen selalu harus membandingkan dengan beberapa cara agar yakin sudah benar. Berikut cara pengukuran dengan memakai tester biasa (analog).

Kapasitor/Kondensator Bipolar

Kapasitor Polar elektrodanya memiliki dua kutub, yakni kutub positif (+) dan kutub (-). Jika kapasitor ini dipasang pada rangkaian elektronika, maka pemasanganya tidak boleh terbalik. Misalnya adalah Kapasitor elektrolit (Elco) dan kapasitor Tantalum. Nilai kapasitas maksimum dan kutub-kutubnya sudah tercantum pada body komponen tersebut.


Kapasitor/Kondensator Tantalum

Misalnya : Elektrolit Kondensator (Elco) dibadanya tertulis 10 uF / 16Vini berarti kapasitansi dari elco tersebut adalah 10 uF, sedangkan tegangan kerjanya maksimal 16 Volt. Apabila elco tersebut diberi tegangan lebih dari 16 volt elco tersebut akan rusak. Begitu juga dengan kondensator tantalum cara membacanya sama persis dengan elco.

Untuk menentukan kaki kutub (+) dan (-) dari elco maupun tantalum, kita dapat melihat tanda yang tercantum pada badan komponen tersebut. Apabila pada elco yang ditandai dengan anak panah adalah kutub negatif (-) sedang pada tantalum kutub positifnya ditandai dengan tanda (+). Tantalum banyak digunakan saat ini pada peralatan elektronika komputer (misanya motherboard).

Kapasitor elektrolit atau elco bisa diuji secara teliti dengan ESR meter hanya menempatkan tes mengarah ke lead kapasitor elektrolit dan Membandingkan bacaan (dalam ohm) ke satu di grafik nilai ESR khas untuk kapasitor elektrolit atau elco yang harus terlihat di ESR meter anda. Kebanyakan meter ESR akan mempunyai nilai grafik ESR tepat dimeteran.


Mengukur nilai SMD electrolytic kapasitor dengan ESR meter.


Pengujian Ceramic Chip Kapasitor pada Mainboard dengan pengaturan kapasitansi dari DMM


Meter membaca dalam nF ( nano Farad) 0.052 nano farads atau 52 picofarad.


Mengukur Nilai Dioda

Dioda bisa mempunyai 4 tipe kerusakan yang berbeda.
1. Rangkaian terbuka ke kedua arah.
2. Resistansi rendah di kedua arah.
3. Dioda bocor
4. Beban merosot jatuh.


Teknik Elektronika dan Radio Komunikasi

Iklan feed

Populer

Cara Mengukur Trafo dengan Multitester Analog / Digital

Rangkaian Lampu TL Tanpa Trafo Ballast

Apa Itu Ballast Lampu, Fungsi dan Tipenya